*Oleh: Plasidus Asis De Ornay, SH
Doktor Inosentius Samsul SH, M.H dipilih Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menjadi hakim Mahkamah Konstitusi (MK). Ino sapaan akrabnya merupakan calon tunggal Hakim MK yang akan menggantikan posisi Arief Hidayat yang memasuki masa pensiun.
Komisi III DPR RI menyelenggarakan uji kepatuhan dan kelayakan (Fit and proper test) pada Rabu, 20 Agustus 2025. Komisi yang dipimpin Habiburokhman itu sepakat dan secara aklamasi memilih Ino untuk meneruskan estafet Arief.
Semua orang pasti mengenal sosok Ino. Pria kelahiran Pembe, Manggarai Timur itu merupakan teknokrat hukum yang mengabdi di Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR RI. Sosok Ino harus diakui sebagai pakar hukum.
Pria lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) memulai karier di Setjen DPR RI dari staf biasa. Berbekal kecerdasan, keahlian dan integritasnya, Ino pun didapuk sebagai Kepala Badan Keahlian dengan pangkat eselon 1.
Semua tugas tersebut diembankan kepada Ino tidak terlepas dari buah kerendahan hati dan profesional dalam menjalankan tugas utamanya. Namun terpilihnya pria pertama dari Manggarai sebagai penjaga konstitusi ini diduga di luar ekspektasi banyak pihak.
Mungkin saja terbersit pertanyaan, mana mungkin orang Manggarai bisa menjadi hakim MK, bukankah menjadi hakim MK tidak mudah?. Namun sosok Ino sangat layak. Hakulyakin, semua praktisi hukum berpendapat sama soal ini.
Pasalnya, pengetahuan dan pengalaman di bidang legislasi serta Integritasnya sangat cocok berada di lembaga tinggi MK. Kehadiran sosok Ino semacam menjemput bola tatkala MK diterpa isu dan kritikan tak sedap di mata publik. Kehadiran sosok Ino memberi warna baru di tubuh MK dalam menjaga marwah lembaga Konstitusi tertinggi di Republik ini.
Kehadiran Ino di lembaga MK membawa semangat baru dalam menguji Undang-Undang (UU) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI). Semoga.
Namun, bagi warga NTT khususnya Manggarai Timur, Manggarai dan Manggarai Barat merupakan role model. Patron bagi anak muda. Ino layak disebut -inspiring Figure-.
Kehadiran sosok Ino di MK juga mematahkan stereotip bahwa pendidikan NTT terbelakang dan bahkan dianggap bodoh. Namun tudingan tersebut dijawab melalui karya dan figur Ino.
Faktanya mampu bersaing di level tertinggi. Apalagi penjaga konstitusi. Sosok Ino justru membatalkan gambaran buruk terkait Sumber Daya Manusia (SDM) anak NTT. Semoga bisa lahir Ino yang lain ke depan. Khususnya dari bumi Congkak Sae.
Salam
*Penulis adalah Advokat