JAKARTA – Kejaksaan Agung (Kejagung) tengah mendalami kasus dugaan korupsi pengadaan laptop Chromebook senilai Rp 9,9 triliun. Lembaga yang dipimpin ST Burhanuddin itu kini memanggil mantan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbudristek) Nadiem Makarim.
Nadiem tiba di Kompleks Kejaksaan Agung (Kejagung), Jakarta Selatan pukul 09.10 WIB, Senin (23/6/2025). Nadiem datang didampingi tim kuasa hukumnya.
Nadiem terlihat mengenakan atasan kemeja batik bernuansa cream dengan bawahan celana kain berwarna biru tua. Nadiem juga tampak membawa tas jinjing hitam berukuran sedang.
Nadim tak berbicara apapun kepada awak media yang telah menunggu. Dia hanya melempar senyum sambil berlalu memasuki Gedung Bundar menuju ruang pemeriksaan.
Kejagung tengah mengusut kasus dugaan korupsi pengadaan laptop untuk digitalisasi pendidikan senilai Rp 9,9 triliun di Kemendikbudristek tahun 2019-2022.
Dalam prosesnya penyidik Kejagung juga telah memeriksa satu stafsus dan konsultan Nadiem. Namun belum ada tersangka yang ditetapkan dalam kasus ini. Kejagung juga masih menghitung kerugian negaranya.
Siapa Nadiem?
Nadiem Anwar Makarim merupakan pengusaha sukses asal Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi periode 2019-2024.
Sebagai seorang pengusaha, Nadiem dikenal sebagai pendiri Gojek, salah satu startup decacorn yang menyediakan jasa transportasi berbasis online.
Nadiem Makarim adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayah Nadiem merupakan keturunan Arab-Minang yang dikenal sebagai seorang aktivis dan pengacara terkemuka di Indonesia.
Sementara itu, ibunya merupakan putri dari Hamid Algadri (salah satu perintis kemerdekaan Indonesia) yang bekerja sebagai penulis lepas.
Nadiem dibesarkan dengan keluarga yang cukup terpandang. Tidak heran, ia menempuh pendidikan dasar dengan berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura.
Selain itu, saat mengenyam pendidikan sarjana, Nadiem juga sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics.
Setelah lulus sarjana di Brown University, Nadiem pulang ke Indonesia dan bekerja sebagai konsultan di McKinsey & Co. (biro konsultasi manajemen global asal Amerika Serikat). Ia bekerja di biro konsultasi manajemen tersebut mulai dari tahun 2006 sampai 2009.
Kemudian, Nadiem melanjutkan pendidikannya di Harvard Business School untuk mendapatkan gelar Magister of Business Administration (MBA) pada tahun 2009-2011. Lulus dari Harvard Business School, Nadiem kembali pulang ke tanah air untuk melanjutkan kariernya.
Pada tahun 2010, Nadiem berkesempatan untuk mengembangkan platform Gojek yang memungkinkan masyarakat untuk memesan layanan transportasi secara online.
Di awal pendiriannya, Gojek hanya memiliki 20 mitra driver yang menawarkan layanannya dengan sistem call center.
Seraya mengembangkan Gojek, Nadiem juga turut menjadi co-founder sekaligus managing director dari Zalora Indonesia pada 2011. Zalora sendiri merupakan e-commerce yang menyediakan produk fashion di Indonesia.
Memasuki tahun 2013, Nadiem pun sempat dipercaya menjadi chief innovation officer (CIO) Kartuku perusahaan yang menyediakan sistem pembayaran nontunai di Indonesia.
Kemudian, Nadiem melalui Gojek mengakuisisi Kartuku untuk memperkuat produk GoPay yang dimilikinya.
Pada tahun 2014, Nadiem berhenti dari Kartuku dan fokus menjadi chief executive officer (CEO) Gojek. Di tahun yang sama, Gojek pun mendapatkan suntikan dana yang cukup besar dari perusahaan investasi besar asal Singapura, yakni Northstar Group.
Sejak saat itulah Gojek mulai menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini turut membuat Gojek kembali mendapatkan suntikan modal dari dua perusahaan besar, yaitu Redmart Limited dan Zimplistic Pte Ltd.
Seiring dengan perkembangannya, Gojek kemudian menyediakan berbagai layanan lain di samping transportasi, yaitu jasa antar barang (Go-Send), jasa antar makanan (Go-Food), dan sebagainya.
Di tahun 2016, Gojek mendapatkan pendanaan senilai US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari konsorsium yang terdiri dari beberapa perusahaan investasi, yakni KKR, Sequoia Capital, Rakuten Ventures, Capital Group, dan masih banyak lagi.
Pada tahun 2019, Nadiem berhenti menjadi CEO Gojek dan ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju di era Presiden Joko Widodo periode 2019-2024.